![]() |
Paduan suara oleh Bapak dan Ibu warga RW12 yang dikomandani Ketua RW 12 Agus Utomo tampil memukau dengan mengenakan pakaian adat daerah. |
KOTA MALANG -Setiap tahun, saat aroma kemerdekaan mulai tercium, warga di Malang Raya
punya cara unik untuk merayakannya. Bukan dengan parade besar atau lomba tarik
tambang, melainkan lewat sebuah tradisi bernama 'Barikan'. Ini adalah acara
tasyakuran atau selamatan yang diadakan pada malam 16 Agustus, dikenal juga
dengan sebutan "malam 17-an".
Inti dari Barikan adalah renungan kemerdekaan dan doa bersama, yang
kemudian ditutup dengan makan bersama atau kegiatan lain. Ini bukan sekadar
pesta, melainkan momen sakral untuk merenungkan perjuangan para pahlawan.
Seperti yang terlihat di Perumahan Sawojajar I Blok H3 RW12, Kota Malang. Pada peringatan HUT Kemerdekaan ke-80 RI, warga berkumpul dengan duduk lesehan beralaskan karpet yang digelar di Jalan Danau Sentani Utara I RT01. Tua, muda, laki-laki, perempuan, semua berbaur menjadi satu, menunjukkan semangat kebersamaan yang tulus.
Acara yang dihadiri oleh warga
dari seluruh RT di RW 12. Diawali dengan lagu "Indonesia Raya" yang
dinyanyikan penuh khidmat, suasana malam itu terasa begitu istimewa.
Ketua Panitia, Ir. Hadi Dudiono, tak henti-hentinya mengucapkan terima
kasih. "Tanpa partisipasi seluruh panitia dan warga, acara ini tidak akan
sukses," kata Hadi, Sabtu (16/8/2025).
Senada dengan ketua panitia Hadi Dudiono, Ketua RW 12 Agus Utomo menyampaikan apresiasinya. "Setiap tahun, tradisi Barikan ini memang kami laksanakan serentak. Tujuannya untuk mengungkapkan rasa syukur dan bersilaturahmi, karena semua warga berkumpul," jelasnya.
Ia menambahkan, cara terbaik mengisi kemerdekaan adalah dengan terus membangun lingkungan yang aman, tertib, bersih, dan indah. Dengan begitu, perjuangan para pahlawan tidak akan sia-sia.
"Barikan adalah wujud nyata dari
semangat ini: menjaga persatuan dan merawat kemerdekaan dari lingkungan
terkecil," tegasnya.
Acara inti Barikan yakni Petuah Sesepuh RW12 yang disampaikan oleh Drs H Mulyani Surendra, MS. Ada empat petuah untuk mengenang para pahlawan kemerdekaan yang disampaikan kata Cak Loem, sapaan akrab Mulyani Surendra, dalam Barikan tersebut.
Yang pertama, dengan cara mendoakan para pahlawan kemerdekaan agar segala amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT dan juga diampuni segala dosanya.
Yang
kedua, adalah mengisi kemerdekaan yang
sudah kita pertahankan selama 80 tahun ini. Apalagi kita dihadapkan pada tantangan besar untuk mengisi
kemerdekaan demi mencapai visi Indonesia Emas 2045, sebuah negara yang
adil, makmur, dan sentosa.
“Sayangnya, korupsi yang masih
merajalela menjadi hambatan utama. Jika kondisi ini terus dibiarkan, visi
tersebut akan sulit terwujud dalam 20 tahun ke depan. Namun, kita tidak boleh
menyerah. Dengan tekad kuat, kita harus memastikan bahwa cita-cita Indonesia
Emas bisa dicapai,” jelasnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, menurut
Cak Loem, ada dua hal yang harus kita lakukan. Pertama, bekali anak-anak kita
dengan pendidikan agama sejak dini. Pasalnya, agama adalah fondasi yang menjamin
keselamatan di dunia dan akhirat, serta memberikan nilai-nilai luhur. Kedua,
didiklah mereka untuk selalu bersikap jujur, baik dalam perkataan maupun
perbuatan.
“Kejujuran adalah kunci untuk
menciptakan generasi yang bersih dan berintegritas. Pendidikan karakter ini
bisa dimulai sejak usia dini, bahkan sejak usia dua tahun, dan harus diawali
dengan teladan dari diri kita sendiri,” tegasnya.
Petuah ketiga yang disampaikan Cak Loem adalah
didiklah anak kita untuk tidak korupsi. “Apakah bisa mendidik anak kita tidak
korupsi? Sangat bisa. Katakanlah mereka kita suruh untuk membeli sesuatu,
uangnya Rp10.000, kembalinya Rp5.000 atau Rp2.000. Anak kita harus menyerahkan
Rp2.000 itu. Itu belajar kejujuran. Mendidik anak jujur itu tidak terlalu
sulit. Asal kita bisa memantau setiap geraknya,” ungkapnya.
Petuah terakhir yang disampaikan adalah untuk mengisi kemerdekaan didik anak kita untuk melek teknologi. “Kita tahu bahwa sekarang pengaruh kecerdasan buatan itu menghebat sekali. Nah kita harus bekali anak kita bertahap dengan teknologi. Kalau nanti dia jadi dokter, Dokter yang melek teknologi. Kalau dia jadi pegawai apapun, melek teknologi,” tegasnya.
Usai penyampaian
petuah, acara Barikan ditutup doa oleh Bambang Sugeng, SPd.
Usai doa dilanjutkan paduan suara oleh Bapak dan Ibu warga RW12. Uniknya,
peserta paduan suara yang dikomandani Ketua RW 12 ini memakai pakaian adat
daerah. Ada dua lagu yang dinyanyikan yakni “Indonesia Raya” dan “Nusantara”. Penampilan mereka memukau dan mendapatkan
aplaus warga.
Usai penampilan
paduan suara, dilanjutkan pemotongan tumpeng oleh Ketua RW 12 yang diserahkan kepada salah satu sesepuh RW 12 Ugeng Waskito Dewo. Kebersamaan warga semakin terasa dengan acara ramah tamah dan
hidangan lezat dari Ibu-ibu PKK RW 12. Sambilmenikmati hidangan dilakukan
pengundian doorprize dari kupon yang dibagikan ke warga, menjadi lautan
kebahagiaan yang menciptakan kenangan manis dalam perayaan kemerdekaan yang
penuh makna pada tahun ini. (hen)
**********
Foto-foto acara Barikan:
https://drive.google.com/drive/folders/1lwtRdavCvqGgvDcNFQ9G7pJHE7a5UkqY
Post a Comment for "RW12 Meriahkan Barikan HUT ke-80 RI dengan Paduan Suara dan Petuah Kebangsaan"